Rabu, 20 Maret 2013

UNSUR METODE DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB




BAB I
PENDAHULUAN 
ALatar Belakang Masalah
Dalam proses belajar, khususnya dalam pembelajaran bahasa Arab, metodemerupakan satu hal paling penting untuk mewujudkan kesuksesan. Dan metode yang dipilih pun tidak boleh sembarangan, agar tidak terjadi kemubadziran yang akhirnya tidak menimbulkan manfaat. Baik untuk pendidik, maupun untuk peserta didik. Karena kurang efektif dan membuang-buang waktu.
Penggunaan metode permainan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dan juga menarik. Sehingga bisa meningkatkan motifasi belajar siswa. Namun demikian banyak hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini. Seorang pendidik harus pandai-pandai memilih dan memilah, kira-kira jenis metode permainan apa yang paling efektif digunakan.
Kompetensi guru, minat anak didik, dan variasi metode yang diterapkan oleh guru sangatlah berpengaruh pada tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Semakin baik kompetensi guru, maka akan menimbulkan minat yang baik pula pada diri siswa, yang nantinya akan berpengaruh pada tingat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Penggunaan metode variatif sangat dibutuhkan dalam meningkatkan minat dan bakat anak didik akan ilmu yang terkait dengannya. Semakin banyak variasi yang dimiliki seorang guru dalam metode pembelajaran yang diterapkan pada anak didiknya, maka akan berpengaruh besar pada peningkatan kemampuan siswanya.
Namun demikian ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan variasi metode yang ada, termasuk penerapan metode permainan dalam pembelajaran. Diantaranya adalah prinsip-prinsip pembelajaran bahasa. Dalam hal ini seorang guru harus tetap berjalan pada prinsip pembelajaran bahasa yang ada dalam penerapan metodenya yang bervariasi.
Dari penjelasan di atas, maka perlu kita kaji lebih dalam lagi tentang metode permainan yang dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar. Khususnya dalam pembelajaran bahasa Arab.
Berlatar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini kami beri judul “Unsur Metode Dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab”.

     B. Rumusan Masalah
1.      Apa saja unsur-unsur metode?
2.      Bagaimana pengembangannya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat mengetahui :
1.      Unsur-unsur  metode
2.      Pengembangan metode

BAB II
Unsur Metode Dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab
A. Unsur-Unsur Metode
Semua pengajaran mengandung sesuatu tentang pilihan (seleksi), sesuatu tentang tahapan (gradasi), sesuatu tentang penyajian (presentasi), dan sesuatu tentang pengulangan (repetisi). Semua yang termasuk dalam pengajaran, apakah itu pengajaran matematika, sejarah, geografi, bahasa dan lain-lain, merupakan unsur-unsur yang dapat dimasukkan dalam metode.[1] Dengan demikian dapat diketahui bahwa setiap metode tertentu akan senantiasa berkaitan dengan ketentuan-ketentuan tentang pilihan materi atau seleksi, gradasi, presentasi, dan repetisi atau latihan-latihan dengan pengulangan materi dalam proses pembelajaran. Jadi metode itu merupakan sebuah sistem dari berbagai komponen yang berkaitan.
Seleksi materi dalam proses belajar mengajar diperlukan, karena tidak mungkin mengajarkan semua cabang ilmu, harus dipilih bagian yang akan diajarkan. Gradasi itu penting sebab sesuatu yang telah diseleksi tak akan dapat diajarkan seluruhnya sekaligus, harus didahulukan sesuatu yang lebih mudah sebelum berpindah kepada yang agak sukar dan lebih sukar. Presentasi juga penting sebab tidak mungkin mengajarkan sesuatu kepada seseorang tanpa berkomunikasi kepada orang tersebut. Repetisi juga sangat penting sebab tidak mudah mengajarkan suatu keterampilan hanya dengan menerangkan sekali saja, atau memberikan contoh sekali saja. Jadi semua metode, apakah itu metode terjemah, gramatika, langsung dan lain-lain untuk mengajarkan bahasa atau metode ceramah untuk mengajarkan tafsir, hadis dan lain-lain, sadar atau tidak sadar pasti memerlukan seleksi, gradasi, presentasi dan repetisi.[2]
Metode itu sendiri khususnya metode pengajaran bahasa ialah bagaimana cara mengajar dengan materi bahasa. Para pendidik akan memakai materi-materi itu, tetapi mereka tidak menjadi budak dari materi tersebut. Pendidik akan mengadakan perubahan di sana-sini untuk menyesuaikan dengan situasi kelasnya seperti mengadakan latihan-latihan percakapan.[3]
Sebelum seleksi, gradasi, presentasi dan repetisi dilakukan, perlu diketahui terlebih dulu materi apa yang akan diajarkan, sebab materi bisa mempengaruhi seleksi, gradasi, presentasi dan repetisi.[4] Dalam hal ini materi yang dimaksud adalah bahasa Arab. Oleh karena itu perlu diketahui sifat-sifat bahasa Arab, agar dengan demikian dapat ditentukan metode yang baik, mulai dari penentuan seleksi, penentuan gradasi, penentuan presentasi serta penentuan repetisi materi agar diperoleh keterampilan berbahasa.
Pada tahap tertentu akan diperlukan metode khusus untuk materi khusus, misalnya metode mengajarkan tata bahasanya atau metode mengajarkan kosa katanya. Pada tataran ini mesti diperhatikan beberapa ilmu yang diperlukan untuk pendukung ke arah keterampilan berbahasa Arab. Meskipun pada dasarnya yang dipelajari dalam bahasa Arab itu hanya dua, yakni kosa kata dan aturan penggunaannya, tetapi pada kenyataannya banyak ilmu yang berkaitan dengan dua hal tersebut, misalnya ilmu al-aswat yang berkaitan dengan bunyi kosa kata, atau ilmu sharaf yang berkaitan dengan perubahan bentuk kosa kata sampai dengan penyusunan kosa kata-kosa kata menjadi suatu kalimat yang komplek. Dalam pembelajaran bahasa akan terasa bahwa unsur repetisi sangat dominan untuk menumbuhkan keterampilan berbahasa. Adapun unsur lainnya merupakan prasyarat yang mengantarkan agar pembelajarannya berlangsung efektif dan efisien.

1.     Metode Pembelajaran Kosa Kata
     Materi pembelajaran bahasa Arab secara garis besar ada dua macam yaitu kosa kata dan aturan pemakaian atau gramatikanya. Untuk menguasai kedua materi tersebut berbeda caranya karena berbeda jenisnya. Jenis pertama, yakni kosa kata berupa ucapan yang harus dihafal tanpa harus dipikirkan atau dirasionalisasikan, sedangkan jenis kedua, yakni gramatika merupakan materi pemba-hasan yang tidak cukup hanya dihafal saja tetapi memerlukan pemikiran serta aktivitas analogi. Ini semua hanya tinjauan dari masyarakat non-Arab, karena bagi bangsa Arab sendiri materi pembelajaran bahasa Arab tidak perlu dipilah-pilah. Mereka sudah hafal kosa kata, dan cara memakainya juga sudah secara otomatis gramatically. Mereka tidak akan salah seperti kita mengucapkan bahasa kita sendiri sebagai bahasa ibu.
     Terhadap jenis materi bahasa Arab yang pertama, yakni kosa kata, maka cara mempelajarinya cukup dengan menghafal saja. Menghafal suatu kata tentunya dengan cara mengerti maksudnya. Masalahnya berada dalam cara menghafal dengan mudah dan dapat mempergunakannya dengan mudah pula. Disebutkan bahwa metode yang baik adalah yang menggunakan banyak latihan atau drill, karena bahasa adalah kemampuan (Malakah) yang tidak bisa dicapai hanya dengan kaedah, tetapi dengan latihan dan pengulangan.[5] Kalau semua metode itu mementingkan pengulangan maka semuanya bisa dipakai karena hanya dengan pengulangan maka kosa kata dapat dihafal dan dikuasai untuk dipergunakan baik dalam percakapan maupun dalam tulisan.
     Namun demikian perlu diperhatikan bahwa penghafalan kosa kata itu tidak harus menghabiskan waktu, misalnya dengan pengulangan lebih dulu dalam kalimat tanpa memahami maksudnya, kemudian setelah itu diterangkan maksudnya, baik dengan isyarat atau dengan alat peraga atau dengan keterangan berbahasa Arab langsung tanpa terjemahannya. Praktek demikian menghabiskan waktu dan sama sekali tidak cocok bagi orang atau mahasiswa yang sudah dewasa yang tidak memerlukan lagi pengulangan seperti itu. Karena itu metode langsung tidak mesti baik. Bahkan boleh jadi dengan cara menterjemahkan langsung justru bisa dipahami dan dihafal dengan cepat.
     Terdapat metode yang mendahulukan bercakap-cakap dan membaca. Metode ini amat disukai sebab bahasa yang dipelajari itu sudah boleh digunakan untuk bercakap-cakap dengan sesamanya. Metode demikian sesuai dengan prinsip belajar bahasa, bahwa belajar bahasa hendaknya tidak disibukkan dengan berbagai aturan tata bahasa tetapi cukup ditiru, dipahami dan dipakai dalam percakapan. Metode belajar bahasa secara langsung tanpa terjemahannya disebut sebagai metode langsung atau The Direct Method atau Natural Method atau Oral Method atau Modern Methodatau Berlitz Methodjn.[6]
     Dalam memberikan makna atau arti kata tidak harus mempersulit diri, misalnya dengan keterangan langsung tanpa terjemah. Jadi perlu diperhatikan bahwa menerangkan dengan bahasa asalnya yang asing (Arab) itu hanya sekedar untuk motivasi agar murid atau mahasiswa tidak menggunakan bahasa sendiri, sehingga bersungguh-sungguh dalam mempergunakan bahasa Arab. Ini bisa disiasati cukup dengan menunjukkan artinya, kemudian tidak mengucapkannya kecuali dengan bahasa Arab.
     Dari telaah terhadap berbagai metode, ada beberapa metode yang patut diperhatikan dalam menguasai kosa kata dengan efisien dan efektif.PertamaMimmem Method (Mimicry and Memorization Method). Metode ini untuk menghafal. Meskipun metode ini sering diterapkan dengan penyampaian kalimat utuh lebih dulu tetapi akan lebih baik bila diterapkan dengan penyampaian unsur paling kecil dalam kalimat, yakni kata. Dalam mempraktekkan Mimmem Method ini perlu digabung dengan metode kedua, yakni Language Control Method sehingga perolehan kosa katanya terkontrol mulai dari yang paling mudah dan sederhana sampai dengan yang paling sukar.[7] Penggunaan metode ini akan menjadi benar-benar terkontrol bila diikuti dengan pemanfaatan metode ketiga, yaitu Phonetic Method, di mana metode ini lebih membiasakan pendengaran terhadap kata-kata terpendek dan selanjutnya pada kalimat yang panjang.[8]
     Penggunaan alat-alat peraga itu bisa disiasati dengan langsung saja diterangkan tanpa harus menghabiskan waktu dan biaya. Sebenarnya sederhana sekali belajar kosa kata dan cara menghafalnya, yakni dengan digabung dengan kata-kata yang lain agar cepat bisa menggunakan dan teringat terus. Kalau ini dikatakan sebagai metode eklektik maka sebutan itu perlu dibatasi dengan cara mengambil yang efektif dan efisien saja, sehingga tidak mempersulit diri seperti ketika memakai metode langsung dengan mempersiapkan alat peraga yang biasanya terlalu mahal yang ternyata hanya untuk memahami satu kosa kata saja. Adapun metode-metode lainnya itu hanya sekedar untuk mengusir kebosanan.
     Dalam hal teori mengajarkan bahasa Arab, maka dikenal ada dua, yakni teori kesatuan (Nadhoriyat al-Wihdah) dan teori bagian-bagian (Nadhoriyat al-Furu’). Untuk yang pertama sesuai dengan teori gestalt yakni memahami secara keseluruhan lebih dulu selanjutnya memahami bagian-bagian terkecil yang perlu dipahami.[9]
     Dalam kenyataannya dua teori tersebut akan dipakai pada kebutuhan tertentu, tidak bisa dipisahkan dalam arti tidak diperlukan salah satunya dalam praktek pembelajaran bahasa Arab. Hal ini mengingat bahwa pada kasus tertentu diperlukan penelaahan untuk bagian-bagian terkecil. Oleh karena itu kedua teori tersebut akan diperlukan pada waktu yang berbeda. Tidak perlu diperdebatkan keunggulan dan kelemahannya karena setiap teori memiliki kelemahan dan juga keunggulan.
     Adapun gambaran konkrit untuk bahan ajar materi kosa kata kiranya dapat dipergunakan buku Durus al-Lughah al-’Arabiyah ‘Ala al-Thoriqoh al-Haditsah (Imam Zarkasyi dan Imam Syubani: t.t.) yang mana setiap awal bahasannya dimulai dengan pengenalan kosa kata lebih dulu. Penggunaan buku tersebut tidak harus dengan metode langsung yang bisa memakan waktu lama tetapi cukup sederhana dengan efektif dan efisien dalam memberikan penjelasan arti untuk masing-masing kosa kata. Modifikasimetode ‘eklektik’ sebagaimana dikemukakan di atas dapat dipergunakan untuk menguasai kosa kata dengan mudah.

2.      Metode Penggunaan Gramatika (Nahwu-Sharaf)
     Mengajarkan nahwu dan sharaf atau ta’rif-ta’rifnya hendaknya setelah pandai bercakap-cakap dan membaca dalam bahasa Arab.[10].
     Menurut sistim lama, nahwu sharaf adalah pelajaran yang mula-mula dalam pelajaran bahasa Arab. Menurut sistim yang baru di Mesir bahwa nahwu sharaf itu belum diajarkan di kelas 1, 2, 3, dan 4 sekolah Ibtidaiyah. Hanya di kelas 5 dan 6 baru diajarkan sedikit demi sedikit, yaitu sekedar dua jam pelajaran dalam seminggu. Di Sekolah Menengah Pertama baru diajarkan nahwu sharaf dengan teratur.[11] Jadi pembelajaran ilmu nahwu baru dimulai setelah murid-murid sudah memiliki kosa kata dan bisa bercakap-cakap dalam bahasa Arab.
Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa ilmu nahwu dan sharaf itu merupakan ilmu tata kata. Ilmu tersebut baru bisa dipergunakan dengan semestinya setelah ada kata-kata yang akan ditata (diatur). Oleh karena itu pembelajaran ilmu nahwu dianjurkan dimulai lebih dulu dengan pengenalan kosa kata yang akan ditata atau dengan menunjukkan lebih dulu kosa kata yang sudah tertata dengan sempurna dalam sebuah kalimat dengan pengertian yang utuh. Pengenalan kosa kata itu melalui pelajaranmuhadatsah, muthola’ah, dan mahfudhat atau hafalan kalimat-kalimat yang mudah dan pendek.[12]
Dalam pembelajaran gramatika dianjurkan untuk dipergunakan metode istimbath, yaitu mulai dengan beberapa misal kemudian sampai mendapatkan kaedah (ta’rif). Contoh-contoh tersebut hendaknya dalam kalimat sempurna. Contoh-contoh itu diambil dari            kisah pendek atau dari sepotong bacaan, bukan dari contoh yang tidak ada hubungan antara satu dengan yang lainnya. Kaedah-kaedah itupun tidak perlu dipaksakan untuk dihafal secara tekstual, agar tidak mematikan otak untuk berfikir.[13]
Dalam pembelajaran gramatika tidak perlu dijelaskan lebih dulu hal-hal yang syadz (jarang dipakai, aneh-aneh atau pengecualian), karena akan menyulitkan ingatan atau menyebabkan kebingungan. Perlu diperbanyak uslub-uslub yang berlaku saja, tidak perlu diberikan contoh yang keliru sebagai latihan untuk dibetulkan, karena metode demikian ini menyusahkan dan bertentangan dengan metode-metode pendidikan yang baik, tetapi hendaknya lebih diperbanyak contoh-contoh yang betul saja agar tertanam yang benar itu dalam pikiran. Selanjutnya untuk latihan dan bimbingan maka diberikan latihan penerapan kaedah-kaedah nahwiyah dengan bimbingan terus-menerus melalui koreksi catatan yang dibuat.[14]
Dari gambaran di atas, yang tentunya berdasarkan pengalaman yang lalu, maka akan sangat efektif dan efisien bila pembelajaran nahwu-sharaf mengikuti langkah-langkah berikut:
1.  Penyiapan bacaan ringan yang mengandung kalimat atau ungkapan untuk contoh yang akan dijadikan pembahasan berkaitan dengan suatu topik gramatika.
2.  Pemahaman terhadap bacaan ringan dengan berbahasa Arab sederhana.
3.  Pembahasan kalimat atau ungkapan contoh dari segi gramatikanya.
4.Penyimpulan dan penyusunan kaedah gramatika untuk contoh yang telah dipersiapkan.
5. Pelatihan sebagai repetisi dengan membuat contoh lain sesuai kaedah yang dihasilkan.
      Lima langkah tersebut disusun demikian ringkas untuk memudahkan ingatan. Masing-masing langkah berdasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran bahasa. Pada langkah pertama maka contoh yang dipersiapkan bukan kalimat lepas, tetapi kalimat yang berkaitan dengan pemahaman lainnya sehingga mudah untuk diingat, seperti dalam sebuah cerita. Langkah kedua merupakan kegiatan memahami dan atau menguraikan maksud contoh dengan bahasa Arab sederhana, bisa juga memakai bahasa harian yang ‘Amiyah (umum) sekedar untuk membantu kalau belum bisa menggunakan bahasa dengan baik. Langkah ketigamendiskusikan bentuk kata dari segala seginya sampai dengan i’rabnya.Langkah keempat berusaha membuat kaedah tata bahasa bersama-sama dan selanjutnya disempurnakan sesuai dengan kaedah yang sudah ada.Langkah terakhir adalah upaya agar diperoleh keterampilan berbahasa dengan cara menerapkan kaedah tersebut pada percakapan tertentu atau dengan menunjukkan kalimat yang sepadan dalam teks-teks bahasa Arab.

 B. Pengembangan Media Permainan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Penggunaan media yang menarik akan mempengaruhi minat siswa dala belajar. Semakin banyak variasi yang dimiliki seorang guru dalam mengajarkan bahasa pada anak didiknya, semakin besar minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun demikian, permainan yang disajikan oleh seorang guru untuk anak didiknya haruslah sesuai dengan koridor dan etika yang ada. Jangan sampai metode yang awalnya bertujuan baik, harus dihilangkan karena bertentangan dengan etika yang ada. Untuk itu, guru harus memberikan perhatian yang lebih akan hal ini.
Banyak hal yang bisa digunakan guru dalam mengembangkan minat siswa akan pembelajaran bahasa Arab. Sebagai contohnya penggunaan media yang telah digemari sebelumnya oleh para siswa, yaitu media elektronik salah satunya adalah komputer. Media pembelajaran berbasis komputer merupakan salah satu variasi penggunaan media pendidikan modern yang digemari oleh para siswa. Salah satu program komputer yang dapat menjadi media pendidikan adalah macromedia flash yaitu program animasi yang telah banyak digunakan untuk menghasilkan desain dan berguna untuk animasi interaktif. Media ini memiliki kemampuan dalam mengintergrasikan komponen warna, musik dan animasi grafik. Media ini juga mampu memberikan balikan sehingga siswa dapat aktif berinteraksi dengan media yang diproduksi.
Selain tersebut di atas, masih banyak lagi media permainan yang dapat dimanfaatkan guru dalam pembelajaran bahasa. Diantaranya adalah penggunaan media permainan ular tangga dalam upaya memperkaya siswa akan kosa kata bahasa. Dalam hal ini, pada setiap gambar yang ada dalam kotak papan permainan dilengkapi dengan maknanya dalam bahasa arab. Selain itu pada dadu yang di gunakan tertulis angka dengan bahasa arab, bukan dengan angka yang ada pada umumnya. Maka permainan ini akan sangat membantu siswa dalam memperoleh dan mengingat kosa kata baru yang belum diketahui sebelumnya.
Penggunaan permainan jigsaw juga sangat membantu siswa dalam memperoleh kosa kata baru. Dalam permainan ini siswa dituntut untuk mecocokkan satu kotak jigsaw dengan kotak jigsaw yang lain. Jika satu kotak jigsaw bertuliskan angka 3 dalam bahasa arab, maka siswa harus mencari penulisan yang tepat dan sesuai dengan angka tersebut, begitu seterusnya. Agar permainan ini lebih variatif, maka bukan hanya angka saja yang disajikan dalam kotak jigsaw tersebur. Dapat pula disajikan dalam bentuk gambar agar terlihat lebih menarik. Metode permainan ini mirip dengan penggunaan kartu kata dan kartu bergambar dalam usaha pengembangan kosa kata siswa. Dan masih banyak lagi permainan yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam belajar bahasa arab.[15]


BAB III
PENUTUP
A.   A. Kesimpulan
Dari pembahasan Metode Pembelajaran Bahasa Arab, dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1.   Unsur-Unsur Metode dalam pembelajaran bahasa antara lain mengandung sesuatu tentang pilihan (seleksi), sesuatu tentang tahapan (gradasi), sesuatu tentang penyajian (presentasi), dan sesuatu tentang pengulangan (repetisi).Macam-maacam metode dalam pembelajaran bahasa Arab diantaranya :metode pembelajaran kosa kata, metode penggunaan gramatika (nahwu-sharaf).
2. Pengembangan Media Permainan Dalam Pembelajaran Bahasa Arabdiantaranya melalui media elektronik  yaitu komputer. Salah satu program komputer yang dapat menjadi media pendidikan adalah macromedia flashyaitu program animasi yang telah banyak digunakan untuk menghasilkan desain dan berguna untuk animasi interaktifpenggunaan media permainan ular tangga dalam upaya memperkaya siswa akan kosa kata bahasa,penggunaan permainan jigsaw, dan masih banyak lagi permainan yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam belajar bahasa Arab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar