Rabu, 27 Maret 2013

PROSES DAN TAHAPAN BELAJAR BAHASA ARAB



BAB I
PENDAHULUAN.

Proses pembelajaaran bahasa arab tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran study ilmu yang lainnya,  yang di mulai dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Letak perbedaan nya hanya pada kesulitan dalam mengajarkan materi, dan evaluasi yang disebabkan adanya perbedaan kemampuan anak didik dalam belajar bahasa arab.
Oleh karena itu,  guru harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah kelas.

















BAB II
PROSES DAN TAHAPAN BELAJAR BAHASA ARAB

Pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan, terdiri atas tiga fase atau tahapan. Fase-fase proses pembelajaran yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut:
A. Tahap Perencanaan.
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran.
Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan di gunakan.
Secara umum guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah kelas.
Bahasa arab sebagai bidang studi, sebenarnya dapat diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Harus dikatakan memang ada sedikit perbedaannya dengan bidang studi lain. Perbedaan itu ialah adanya bagian-bagian yang amat sulit diajarkan dan amat sulit dievaluasi. Jadi, perbedaan itu hanyalah perbedaan gradual, bukan perbedaan esensial.
Beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam membuat persiapan mengajar :
1.                  Memahami tujuan pendidikan.
2.                  . Menguasai bahan ajar.
3.                  Memahami teori-teori pendidikan selain teori pengajaran.
4.                  Memahami prinsip-prinsip mengajar.
5.                  Memahami metode-metode mengajar.
6.                  Memahami teori-teori belajar.
7.                  Memahami beberapa model pengajaran yang penting.
8.                  Memahami prinsip-prinsi evaluasi.
9.                  Memahami langkah-langkah membuat lesson plan.

Kegiatan yang harus dilakukan perancang pembelajaran Pendidikan bahasa arab yang mengikuti model Kemp adalah sebagai berikut :
A Perkirakan kebutuhan bahasa arab (learning needs) untuk merancang program pembelajaran; nyatakan tujuan, kendala, dan prioritas yang harus dipelajari.
B. Pilih dan tetapkan pokok bahasan atau tugas-tugas pembelajaran bahasa arab untuk dilaksanakan dan tujuan umum yang akan dicapai.
C. Teliti dan identifikasi karakteristik peserta didik yang perlu mendapat perhatian selama perencanaan pengembangan pembelajaran bahasa arab.
D. Tentukan isi pembelajaran bahasa arab dan uraikan unsur tugas yang berkaitan dengan tujuan bahasa arab.
E. Nyatakan tujuan khusus belajar bahasa arab yang akan dicapai dari segi isi pelajaran dan unsur tugas.
F. Rancanglah kegiatan-kegiatan belajar mengajar bahasa arab untuk mencapai tujuan  yang sudah dinyatakan.
G. Pilihlah sejumlah media untuk mendukung kegiatan pengajaran bahasa arab.
H. Rincikan pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan melaksanakan semua kegiatan dan untuk memperoleh atau membuat bahan ajar bahasa arab.
I. Kembangkan alat evaluasi hasil belajar bahasa arab dan hasil program pengajaran.
J. Lakukan uji awal kepada peserta didik untuk mempelajari  pembelajaran bahasa arab yang dikembangkan.

B. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media.
Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:
a.       Aspek pendekatan dalam pembelajaran.
b.      Aspek Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran.
c.       Aspek Metode dan Tekhnik dalam Pembelajaran.
d.      Prosedur Pembelajaran.

C. Tahap Evaluasi
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:
1. Peserta akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan;
2. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan.  Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat (seperti dikutip Mulyasa) mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
“(1) Evaluasi belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan; (2) Evaluasi belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri; (3) Evaluasi belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, dan skala deferensial sematik (SDS)”
Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta didik, tetap harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus:
1. Memiliki validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai, terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji);
2. Mempunyai reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh seorang peserta didik, bila dites kembali dengan tes yang sama);
3. Menunjukkan objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping perintah pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan maksud tes);
4. Pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktis.
B. Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran
1. Prinsip perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.
Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006:148).
Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain menyebutnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu dengan lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan dari motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik pada seseorang disebut “transformasi motif” (Dimyati dan Mudjiono, 1994:41).
2. Prinsip Keaktifan
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu.
3. Prinsip Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui penglaman langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
 4. Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.
5. Prinsip Tantangan
Deporter (2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya.
 Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya “Teori Medan” (Field Theory), mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis.


6. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak hanya muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong oleh penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain penguatan positif dan negatif dapat memperkuat belajar.
8. Prinsip Perbedaan Individual
Hasil sejumlah riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta memberikan dan konteks pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1998:5).
Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami.
Pembelajaran yang bersifat klasikan yang mengabaikan perbedaan-perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cra yang dapat ditempuh oleh guru antara lain penggunaan metode atau pendekatan secara bervariasi sehingga semakin besar memberikan peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang perbedaan individual. Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah waktu belajar bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau memberikan pengayaan bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
Perbedaan Kemampuan Anak Dalam Belajar Bahasa Arab.
Setiap anak mempunyai perbedaan baik dari segi kematangan berfikir, kemampuan berbahasa , maupun tingkat intelijensi. Oleh karena itu kemampuan anak tidak sama dalam berbicara, mendengarkan, membaca maupun menulis. Bis jadi seorang anak pandai berbicara namun belum tentu ia dapat meluangkan pembicaraannya dalam bentuk tulisan. Atau seorang anak pandai menuliskan ide, gagasan atau pikirannya, tetapi belum tentu ia sanggup menyampaikan dengan kata- kata.
            Meskipun setiap anak memiliki kemampuan untuk belajar bahasa arab, tetapi kemampuan anak dalam belajar bahasa itu berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam belajar bahsa itu. maka jika dilakukan analisis terhadap sejumlah faktor penyebab perbedaan kemampuan anak dalam belajar bahasa itu maka secara umum ada dua faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu faktor internal dan eksternal anak.faktor internal anak adalah dari umur anak, kesehatan anak, dan intelijensi. Faktor eksternal anak adalah status sosial ekonomi keluarga, hubungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan bahasa pertama. Untuk memudahkan pemahaman, semua faktor akan kami uraikan di bawa :
1.                  Umur anak.
Semakin bertambah umur anak semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkatkan kebutuhannya. kemampuan barbahasa anak akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya, kematangan fisik fisik dengan semakin sempurnanya pertumbuhan organ becara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isarat berpotensi bagi anak untuk berbicara.[5]

2.                  Kondisi fisik.

Kondisi fisik dimaksutkan disini adalah keadaan, dimana fungsi-fungsi biologis pendukung seperti telinga, mata, dan organ suara dalam keadaan baik. Baik tidaknya keadaan biologis anak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan bahasa anak.

3.                  Kesehatan.
Anak yang sehat, gizinya cukup, kemampuan perkambangan bahasanya lebih baik daripada anak yang usianya awal kehidupannya menglami gangguan dalam hal kesehatan . apabila ada usia 2 tahun pertama, anak menglami sakit terus menerusmaka anak tersebut cendrung akan mengalami kelambatan kelambatan atau kesulitan dalam halperkembangan bahasanya. Selama sakit biasanya anak lebih banyak diam, sulit di ajak bicara. Apalagi sakit yang dideritanya itu cukup lama dan tidak dapat disembuhkan.
4.                  Intelijensi..
Seorang anak dengan anak yang lain tentu saja mepunyai tingkat intelijensi yang berbeda . anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya minpunyai intelijensi normal. Namun begitu, tidak semua anak yang menglami keterlambatan perkembangan bahasanya pada usia yang di kategorikan sebagai anak yang bodoh. Berdasarkan hasil studinya mengenai anak-anak yang mengalami kelambatan mental, hurlock menemkan bahwa sepertiga diantara anak-anak yang dapat berbicara secara normal, dan anak-anka yang berbeda pada tingkat intelektual paling rendah,itu sangat miskin dan penguasaaan bahasa dan kosakata yang diinngati juga terbatas.

5.                  Status sesial ekonomi keluarga.

Berbeda studi antara perkembangan bahasa dengan status sosial beberapa keluarga, menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga, menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin menglami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin di sebabkan oleh perbedaan kcerdasan atau kesempatan belajar ( keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa arab si anak ) atau kedua-duanya.
Menurut sunarto hartono ( 2002 : 140 ) keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan berbahasa anak . begitu juga perkembangan kemampuan bahasa berbahasa dilingkungan keluarga yang terdidik. Dengan kata lain, pendidikan keluarga berpengaruh pula terhadap petensi berbahasa seseorang.

6.                  Hubungan keluarga.

Hubungan disini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orangyang mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.
7.                  Kondisi lingkungan.
Perkembangan potensi berbahasa anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena kekayaan kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan meniru sesuai dengan apa yang anak degar, lihat, dan yang anak hayati dalam kehidupan sehari-hari.
8.                  Bahasa pertama.
Bahasa menurut chaer (2003:43) para pakar pembelajaran kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama (bahasa ibu atau bahasa yang lebih dulu di dengar dan proleh nya) mempunyai pengaruh terhadap penguasaan bahasa kedua(Elis, 1986:19) jadi disetiap anak mungkin saja berbeda berkemampuan barbahasanya, terutama belajar bahasa arab  yang di pengaruhi oleh bahasa pertamanya.

 Hubungan kemampuan berbahasa dengan kemampuan berfikir.
Bahasa mrnurut porwanto (1989:43) adalah alat terpenting dalam berfikir. Karena memiliki bahasa dan mampu berbahasa, manusia dapat berfikir, tanpa bahasa manusia tidak dapat berfikir . karena eratnya antara hubungan berbahas dengan berfikir. Plato pernah mengatakan bahwa berbicara adalah berfikir keras. (terdengar) dan berfikir itu adalah barbicara. Maka dapat di pastikan bahwa seseorang yang rendah kemampuan berfikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik di dalam bahasa arab secara logis dan sistematis.
Pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kerja piker emang tidak diragukan lagi sehingga pada akhirnya sampai pada suatu simpul.Jika ingin memiliki kemampuan berfikir dengan baik maka kuasailah bahasa dengan baik.










DAFTAR PUSTAKA
Rohani,Ahmad HM, Pengolalaan pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2004.
Dimyati, Mudjiono, belajar dan pembelajaan, Jakarta, Rineka Cipta, 2006.
Djamarah, Syaiful bahri, Psikologi belajar edisi 2, Jakarta, Rineka Kerja Cipta, 2008.
Sobur,Alex psikologi umum, Bandung, CV Pustaka Setia, 2003


[1] Dr. Dimyati, Drs. Mudjion, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2006). Hal.45
[2] Ibid, hal. 46
[3] ‘ibid, hal. 47
[4] ‘ibid, hal. 48
[5] Djamarah, Syaiful bahri, Psikologi belajar edisi 2, Jakarta, Rineka Kerja Cipta, 2008. Hal. 73
[6]  Ibid. Hal. 74
[7] Ibid. Hal. 75