Rabu, 20 Maret 2013

mutasyabih



Hampir senada dengan pendapat di atas, imam al-Nuhas mengatakan defenisi yang terbaik ialah pendapat yang menyatakan bahwa muhkam ialah ayat yg berdiri sendiri dan tidak membutuhkan penjelasan dari yang lainnya, sedangkan mutasyabih ia lah sebaliknya.
Al-Zarqani berpendapat bahwa pada dasarnya beberapa definisi tersebut tidak bertentangan bahkan bahkan di antaranya ada mempunyai kesamaan dan kedekatan maknanya.15 Tapi, sekali pun demikian, tanpaknya Al-Zarqani tidak terlepas dari kecenderungan, ia memandang bahwa pendapat al-Razi yang menyatakan bahwa muhkam ialah ayat yang di tunjukan maknanya kuat,yakni lafaz nas dan zahir. Sedangkan mutasyabih yang rujukan maknanya tidak kuat,yakni lafaz mujmal, muawal dan musykil.16 Kecenderunganal-Zurqaniini tanpaknya karene melihatpada masalah muhkam dan mutasyabih dari sudut pandang kejelasan dan kesamaan arti suatu ayat yang di maksudAllah dalam kalam yang di turunkan-Nya. Oleh karenanya pendapat al-Razi di anggap sebagai definisi yang jami’ dan mani’.

C. Diskusi Seputar Mutasyabih
            Dari beberapa literature yang ada, denagn tidakmenutup kemungkinan adanya perbedaan pada beberapa buku yang tidak di kemukakan, persoalan muhkam kurang mendapat perhatian dan tidak mempunyai porsi yang banyak dalm pembahasannya. Keadaan ini bias jadi karena muhkam di anggap sudah jelas dan tidak di dapatkan banyak kesulitan dalam memahaminya. Sebaliknya mutasyabih mendapatkan porsi pembahasan lebih banyak. Hal ini di karenakan banyak persilanganpendapat menyangkut sumber yang melahirkan mutasyabih, berapa macam mutasyabih, dan bagaimana sikap ulama dalam menghadapinya.17
            Berangkat  dari hal tersebut,bagian ini akan membahas dengan serba terbatas hal-hal yang menyangkut dari apa yang disebutkan tarakhir.
1.      Sumbre Mutasyabih
Yang dimaksud dengan sumber mutasyabih di sini ialah pada sisi pandangn makna kalimat atau ayat di katakana mutasyabih. Secara ringkas dapat di katakana bahwa sumber dari mutasyabih ialah pada sisi mana manusia tidak dapat memahami secara pasti maksud Allah SWT dengan firman-Nya di maksud, karena ketersembunyian artinya. Secara terperinci dapat di katakan bahwa ketersembunyian itu bias pada posisi lafaz.18 makna19 atau pada sisi lafaz, dan maknanya20 sekaligus.

2.      Maca-macam Mutasyabih
Dilihat dari sudut arti dan maksudnya menurut al-Zarqani ayat
              Mutasyabih dapat dibagi 3 yaitu:
            Pertama; Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak bias memahami mksudnya. Misalnya tentang zat Allah Swt, dalam hal-hal yang gaib yang terdapat dalam Q.S al-An’am:59.
            Kedua; Ayat-ayat yang semua manusia dapat mengetahui maksudnya melalui penelitian danpengkajian, seperti ayat-ayat yang kesamarannya timbul karna sangat ringkas, panjang dan sebagainya. Misalnya yang terdapat dalam Q.S al-Nisa’:3. Maksud ayat tersebut tidak jelas, karena lafaznya sangat ringkas. Asal kalimatayat tersebut berbunyi:






            Ketiga; Ayat-ayat yang hanya bias di ketahui oleh ulama-ulama tertentu, seperti arti dan maksud yang sangatdalam dan tinggi yang hanya di katahui oleh orang-orang yang  jernih jiwanya dan mujtahid.21


3.      Sikap Ulama Menghadapi Mutasyabih
Dalam mensikapi ayat-ayat mutasyabih pandangan ulama secara umum di
Bagi pada dua pandangan umum, yaitu:
a.    Mereka yang menyatakan bahwa ayat mutasyabih tidak dapat di ketahui oleh manusia. Pendapat ini di antaranya di ikuti oleh Ubai ibn Ka’ab, IbnMas’ud, Ibn ‘Abbas, sejumlah sahabat dan tabi’in.

b.      Mereka yang menyatakan bahwa ayat mutasyabih dapat diketahui artinya. Pendapat ini dipelopori oleh Mujahid dan di ikuti oleh munawiwi. AL-Nawiwi mangatakan bahwa pandangan ini merupakan pandangna yang paling saheh, karna Allah tidak mungkin menyerukan sesuatu pada hamba-hamba Nya dengan sesuatu yang tidak diketahui atau tidak dipahami maksudnya oleh mereka.22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar