Jadi, secara umum,
agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi [yang dipercayai
dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada
manusia]; upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus [secara pribadi dan bersama]
yang ditujukan kepada Ilahi.
Secara khusus,
agama adalah tanggapan manusia terhadap penyataan TUHAN Allah. Dalam
keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal TUHAN Allah, maka Ia menyatakan
Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan menyembah-Nya. Jadi,
agama datang dari manusia, bukan TUHAN Allah. Makna yang khusus
inilah yang merupakan pemahaman iman Kristen mengenai Agama.
Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama
keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal,Arab,
dan Belanda. [7] Bagaimanapun, hal ini sudah berubah
sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia
Hindu dan Buddha telah dibawa ke
Indonesia sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi ketika pedagang dari India
datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi,
membawa agama mereka. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima
Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja Siva. Pedagang juga
mengembangkan ajaran Buddha pada abad berikut lebih lanjut dan sejumlah ajaran
Buddha dan Hindu telah memengaruhi kerajaan-kerajaan kaya, seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit danSailendra.[8] Sebuah candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur,
telah dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama, begitu pula dengan
candi Hindu,Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan
Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi
zaman keemasan dalam sejarah Indonesia. [9]
Islam pertama kali masuk ke Indonesia
pada abad ke-7 melalui pedagang Arab. Islam menyebar sampai pantai barat
Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa. Pada periode ini terdapat
beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang,Mataram dan Banten. Pada
akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan Islam telah dibentuk, mencerminkan dominasi Islam
di Indonesia.
Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa
Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor.[10]
Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa
Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran.
Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain,
merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan.
Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaummisionarispun tiba di Toraja, Sulawesi.
Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya
adalah orang-orangBatak,
dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan. [11]
Perubahan penting terhadap
agama-agama juga terjadi sepanjang era Orde Baru. [12] Antara tahun 1964 dan 1965, ketegangan antaraPKI dan
pemerintah Indonesia, bersama dengan beberapa organisasi, mengakibatkan
terjadinya konflik dan pembunuhan terburuk pada abad ke-20. [13] Atas dasar peristiwa itu, pemerintahan
Orde Baru mencoba untuk menindak para pendukung PKI, dengan menerapkan suatu
kebijakan yang mengharuskan semua untuk memilih suatu agama, karena kebanyakan
pendukung PKI adalah ateis.[12] Sebagai hasilnya, tiap-tiap
warganegara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang
menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama
secara massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan
Kristen Katolik. Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status
pengenal agama, banyak orang Tionghoa juga berpindah ke Kristen atau Buddha.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI AGAMA
Ada beberapa alasan tentang mengapa
agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
§ Karena agama merupakan sumber moral
§ Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
§ Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah
metafisika.
§ Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik
di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia
ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa
sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran,
penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu,
manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari
dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia
dibagi menjadi dua bagian, yaitu
§ Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam
lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya
ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha
menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
§ Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada
kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni
kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam
kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan
manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu
menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang,
agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains
sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di
bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada
satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan
dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai
dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia.
Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia,
melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap
manusia harus menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang tidak
mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa
ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia
sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan
untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab
soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada
sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam
pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan
keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan
dunia dan nilai yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah
menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah
menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini
dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama
bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh
yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau
pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama
disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan
sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor
integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan
bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan
sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu
masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai
kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi
suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah
membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan
tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat sempurna
dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama
dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama
Beberapa tujuan agama yaitu :
§ Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang
Maha Esa (tahuit).
§ Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur
dengan baik, sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan
batin, dunia dan akhirat.
§ Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada
Allah.
§ Menyempurnakan akhlak manusia.
2. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Motivasi merupakan dorongan
dalam diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi keinginan, maksud dan
tujuan.[1]
Agama berarti segenap kepercayaan
kepada tuhan atau dewa serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan itu.[2]
Motivasi atau dorongan beragama
ialah merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan ilmiah dalam watak
kejadian manusia. Dalam relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk
mencari dan memikirkan sang penciptanya dan pencipta alam semesta, dorongan
untuk menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya setiap kali ia ditimpa
malapetaka dan bencana.[3]
B. Macam-macam Motivasi
Secara fitrah motivasi dalam diri
manusia dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. MOTIVASI SPIRITUAL, hal ini terdiri dari keinginan manusia untuk terhindar
dari sifat-sifat buruk yang mampu merusak keimanan :
I. Motivasi memelihara diri
dari kemusyrikan
II. Motivasi memelihara diri
dari kekufuran
III. Motivasi memelihara diri
dari kemunafikan
2. MOTIVASI FISIOLOGIS (yang bersifat jasmaniah) yang terdiri dari:
I. Motivasi pemeliharaan diri
II. Motivasi kepada
kelangsungan jenis (berkeluarga dan berketurunan)
3. MOTIVASI PSIKOLOGIS yang terdiri dari :
I. Motivasi memiliki
II. Motivasi Agresif (dalam
kajian sifat, kata-kata maupun fisik)[4]
C. Ayat-ayat Al-Quran tentang
motivasi beragama
QS.Al-Ara’af :172 :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى
شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)”,
QS. Ar-Rum : 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي
فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَلِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ
الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
30. Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui[1168],[1168]fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
QS. Adz-Dzariyaat: 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
D. Fungsi agama bagi manusia
1) Agama sebagai petunjuk bagi
manusia
Kebutuhan manusia terhadap hukum
yang bernilai absolut hanya dapat dipenuhi bila ia datang dari yang absolut
juga, yaitu hukum yang datang dari tuhan yang maha esa. Yang kemudian disebut
agama. Jadi tampak jelas bahwa agama merupakan kebutuhan yang primer bagi
manusia itu sendiri dan demi terselenggaranya ketertertiban dan peradapan
manusia sebagai suatu kelompok ummat. Maka agama dapat dilihat sebagai hidayah
yang diterima manusia dari tuhan, sebab dengan jalan hidayah itulah manusia
dapat menemukan nilai-nilai yang dibutuhkan secara fitrawi sebagai sarana dan
petunjuk dalam mewujudkan ketertiban dan mengembangkan peradapan dibumi ini.
2) Agama sebagai motivasi
perbuatan moral
Iman adalah landasan dan motivasi
bagi manusia, ia tidak sekedar mempercayai hukum-hukum tuhan semata, tetapi
juga mengamalkan dalam kehidupan yang nyata, kedudukan iman sebagai motivasi
perbuatan moral yakni perbuatan yang sesuai dengan tuntunan hukum tuhan adalah
dengan melihat kedudukan iman yang berada dilubuk hati manusia.[5]
3) Agama dan kesehatan mental
Agama tampaknya memang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin
karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun
lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali
dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena
manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk
kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern
manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun
hati nurani (conscience of man).[6]
Fitrah manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu
agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka
tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan
D. Tingkatan motivasi
1. Motivasi Hewani, ialah motivasi memebuhi kebutuhan hidup
tanpa memperhatikan keadan dari suatu yang diperolehnyadan cara
memanfaatkannya, seperti ketika ingin menghilangkan rasa lapar dan haus Ia
tidak peduli apakah yang dimakan halal atau haram.
2. Motivasi Insani, ialah motivasi yang terdapat didalam diri
manusia yang memiliki akal yang sehat, hati yang bersih, dan indrawi yang
tajam, dalam merespon motivasi atau rangsangan selalu menggunakan hati, indrawi
dan akal sehat.
3. Motivasi Rabbani, ialah dorongan jiwa yang terdapat dalam
diri manusia yang telah mencapai tingkat kesempurnaan diri melalui ketaatannya
yang sangat sempurna dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah
SWT, motivasi ini adalah dorongan jiwa yang dianugrahkan oleh Allah kepada para
nabi, rasul, auliya, sebagai ahli waris dari para nabi-nabi terdahulu.[7]
ETIKA BERAGAMA DIDALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Islam
adalah agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran
tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran Islam
perlu dipahami melalui jalan praksis karena fungsi agama ini adalah untuk
memberikan solusi-solusi yang terbaik atas segala problem sosial yang ada dalam
masyarakat. Tulisan ini membahas persoalan etika dan kaidah agama dalam Islam
yang ditinjau dari segi kesehatan. Sekiranya, persoalan etika dan kaidah
beragama adalah tema penting yang menarik untuk dibahas.
Etika
dan kaidah agama menjadi bahasan penting dalam wacana pemikiran filsafat
kontemporer. Namun, pembicaraan tentang etika kurang begitu berkembang dalam
Islam. Justru yang berkembang adalah kajian tentang moralitas melalui sudut
pandang fiqih Islam jadi etika berhubungan dengan moralitas dan moralitas
berhubungan dengan mental karena mental berhubungan erat dengan kesehatan jiwa.
Moralitas yang menjadi obyek kajian etika Islam masih berbicara seputar etika
secara individual, yaitu bagaimana memperbaiki diri dan kepribadian dalam
bekata, bersikap, dan berbuat. Sedang etika sosialnya masih kurang mendapat
tempat yang luas dalam kajian Islam yang berhubungan dengan banyak sisi kehidupan
antara lain kesehatan.
Seseorang
yang mempunyai etika yang berlandaskan kaidah agama akan memiliki mental yang
baik akan bersikap dan bertingkah laku dengan baik dan benar. Sehat dalam
kaidah agama yang berhubungan dengan etika berhubungan juga dengan mental,
seseorang yang bermental baik akan memiliki etika yang baik pula, berarti orang
itu berfikiran dan berjiwa sehat, etika berhubungan dengan sikap dan jiwa,
seseorang yang berbadan sehat, belum tentu berjiwa sehat, jadi etika berhubungan
erat dengan kesehatan
Pengertian Etika
Kata
“etika” berasal dari kata Yunani yang dipakai untuk pengertian karakter
pribadi, sedangkan “moral” berasal dari kata Latin untuk kebiasaan sosial.
Etika
memiliki pengertian bahwa manusia diharapkan mampu mengatasi sifat-sifat
jahatnya dan mengembangkan sifat-sifat baik dalam dirinya. Paul Foulquie
mendefinisikan etika sebagai “aturan kebiasaan, yang apabila ditaati dan
dipatuhi, akan mengantarkan manusia meraih segenap tujuannya”. Biasanya etika
sangat terkait dengan persoalan-persoalan bagaimana meraih kebahagiaan dalam
diri manusia.
Ada
tiga jenis etika, yaitu: etika deskriptif, etika normatif, dan meta-etika.
Etika deskriptif adalah sebuah kajian empiris atas berbagai aturan dan
kebiasaan moral seorang individu, sebuah kelompok atau masyarakat, agama
tertentu, atau sejenisnya. Etika normatif mengkaji dan menela’ah teori-teori
moral tentang kebenaran dan kesalahan. Sedang meta-etika atau etika analitis
tidak berkaitan fakta-fakta empiris atau historis, dan juga tidak melakukan
penilaian evaluasi atau normatif. Meta-etika lebih suka mengkaji
persoalan-persoalan etika.
Ketika
kita berbicara tentang agama dan moralitas, tentu akan timbul sebuah pertanyaan
penting tentang hubungan keduanya, yaitu : apakah moralitas mengandaikan agama?
Seringkali kita menyamakan persepsi tentang agama dan moralitas. Banyak orang
beragama memandang kaidah-kaidah moralitas itu berkaitan erat dengan agama, dan
dianggap bahwa tidak mungkin orang yang sungguh-sungguh bermoral tanpa agama. Seringkali
dianggap pula bahwa orang yang bermoral pasti memegang teguh keyakinan
agamanya. Demikian hal sebaliknya, orang yang beragama sering dianggap pasti
mengarah pada tujuan-tujuan moralitas. Padahal, kedua tema tersebut belum tentu
sepenuhnya mengandung pengertian yang sama.
Ada
tiga alasan mengapa kebanyakan orang menganggap pengertian di atas:
(1) Moralitas pada hakikatnya bersangkut paut pada persoalan bagaimana manusia itu bisa hidup dengan baik;
(2) Agama merupakan salah satu pranata kehidupan manusia yang paling kuno; dan
3) Dalam praktek keberagamaan ada kepercayaan bahwa Tuhan akan memberikan pahala kepada orang yang baik dan menjatuhkan hukuman bagi orang yang jahat, sehingga secara psikologis agama dapat menjadi penjamin yang kuat bagi hidup yang bermoral.
Secara psikologis Kaidah agama dapat saja dan secara faktual memang tidak jarang mendorong manusia untuk hidup bermoral, sesuai dengan kaidah-kaidah moralitas. Demikian pula, dalam kenyataannya orang yang beragama dengan benar-benar akan membuahkan hidup bermoral yang baik. Menurut J. Sudarminta, walaupun logika di atas bisa dipahami, tapi sesungguhnya prinsip-prinsip dasar moralitas dapat pula dikenali dan dipraktikkan oleh manusia yang tidak beragama yang menggunakan pemikiran atau akal budinya. Bahkan, kita pun sebenarnya sering melihat perilaku orang yang mengaku beragama tapi perbuatannya sering tidak mengindahkan kaidah-kaidah moral yang diajarkan dalam agama itu sendiri.
Islam adalah agama moral yang memiki fungsi sebagai “jalan kebenaran” untuk memperbaiki kehidupan sosial umat manusia. Memahami Islam secara substantif akan menjadi panduan universal dalam tindakan moral. Memahami Islam tidak hanya sebatas ritual ibadah saja, tapi perlu juga dimaknai secara lebih luas, yaitu bagaimana usaha kita menjadikan Islam sebagai panduan moral yang murni.
ETIKA DALAM KONSEP AGAMA DAN KESEHATAN
Konsep kesehatan berlandaskan agama yang memiliki konsep jangka panjang dan tidak hanya berorientasi pada masa kini sekarang serta disini, agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan. Orang yang memiliki etika yang baik adalah orang yang sehat secara mental. Kesemuanya berasal dari mental, Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.
Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual. Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi, hal ini sesuai dengan konsep sosiologi modern yaitu manusia sebagai makhluk Zoon Politicon.
MEMELIHARA ETIKA MANUSIA BERLANDASKAN KAIDAH AGAMA
Manusia tanpa etika seringkali memiliki kelakuan yang abnornal yang sering kita sebut gangguan mental. Gangguan mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, perilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Stress, depresi dan alkoholik tergolong sebagai gangguan mental karena adanya penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa gangguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan berpengaruhnya pada ketidak wajaran dalam berperilaku ini sesuai dengan Al-Quran (QS. Al-Baqoroh 2:10)
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.
Adapun gangguan mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal :
Salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
Ketidak bahagiaan secara subyektif
Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan
Sebagian penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris dirumah sakit, namun ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut. yang gagal dalam beradaptasi secara positif dengan lingkungan nya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya. Atas dasar pengertian ini tentu tidak mudah untuk mengukur ada tidaknya gangguan mental pada seseorang, karena selain harus mengetahui potensi individunya juga harus melihat konteks sosialnya.
Agama dan Kesehatan Mental
Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati nurani (conscience of man).
Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti yang ada dalam (QS Ar Ruum 30:30)
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, fitrah Allah:
Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, di antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah (QS An Nahl 16:97)
Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.
Ditekankan dalam ayat Ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
(QS Ar Ra’ad 13:28)
Artinya (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
KESIMPULAN
Etika Islam memiliki peran yang sangat besar bagi perbaikan atas kehidupan umat manusia. Etika sosial Islam mempunyai dua ciri yang sangat mendasar, yaitu keadilan dan kebebasan. Dua ciri ini penting untuk menggerakkan Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Perbuatan kita mesti diorientasikan pada tindakan-tindakan yang mengarah pada keadilan dan juga memandang kebebasan mutlak setiap individu. Karena, kebebasan individu ini berimplikasi pada tindakan sosial dan syariat kolektif.
Etika berhubungan dengan moral dan moral berhubungan dengan mental, seseorang dikatakan sehat dan memiliki kesehatan jika memiliki moral yang baik dan itu harus ditunjang dengan mental yang sehat. Jadi ada hubungan yang sangat erat antara etika dan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar